Wisata Sejarah Kunjungi Museum Kereta Api Ambarawa.

Wisata Sejarah Kunjungi Museum Kereta Api Ambarawa tidak boleh dilewatkan ketika para pelancong mengunjungi kota Ungaran Kabupaten Semarang. Tempat yang menyimpan koleksi lebih dari 5 (lima) lokomotip ini terletak di Jl. Stasiun No. 1 di desa Panjang, Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Museum yang berada pada ketinggian 474,40 meter diatas permukaan laut ini dulunya merupakan stasiun Kereta api aktif pada jaman penjajahan Pemerintah kolonial Belanda. Dibawah ini saya kutipkan informasi mengenai penjelasan dari Museum Kereta Api Ambarawa yang dulunya merupakan sebuah dipo atau stasiun kereta api.

Dipo Lokomotif Ambarawa. Bangunan dipo lokomotif uap Ambarawa, dibangun bersamaan dengan pekerjaan renovasi stasiun Willem Ambarawa tahun 1907 – 1910. Stasiun Ambarawa merupakan stasiun kereta api yang mempunyai dua lebar sepur yang berbeda, yakni lebar sepur1435 mm dan 1076 mm.

Karena dilalui dua lebar sepur yang berbeda, maka bangunan dipo lokomotip juga mempunyai dua tipe pintu yang berbeda pula. Awalnya perusahaan kereta api Nedrelandsch Indische Spoorweg Maatchappij (NISM), membangun dipo dengan lima pintu hanggar. Sebanyak dua pintu hanggar digunakan untuk menyimpan lokomotif uap dan kereta kayu dengan lebar sepur 1435mm dan tiga pintu hanggar digunakan untuk menyimpan lokomotif uap dan kereta kayu dengan lebar sepur1067 mm.

Bangunan dipo ini dibangun dengan konstruksi besi baja, fungsinya selain untuk menyimpan sarana kereta api, juga digunakan untuk memperbaiki bila terjadi kerusakan kecil. Di sana juga terdapat ruangan untuk Kepala Dipo Traksi (KDT), ruang administrasi, ruang bubut mesin, ruang gudang untuk menyimpan peralatan dipo.

Selain itu juga terdapat ruangan untuk menyimpan bahan bakar, baik kayu jatidan bahan bakar minyak untuk lokomotif diesel. Ambarawa merupakan kota yang dijadikan oleh pemerintah kolonial Belanda digunakan sebagai barak militer dan penyimpanan logistik militer. Dan perlu dibangun infrastruktur sebagai penunjang kegiatan.

Sesuai dengan berjalannya waktu, stasiun Kereta api ini dialih fungsikan menjadi sebuah museum. Museum Kereta api tentunya. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Indonesia adalah Negara kedua di Asia, setelahIndia, yang mempunyai jaringan kereta api.

Cina dan Jepang baru menyusul kemudian. Setelah tanam paksa (1830-1850), hasil pertanian di Jawa tidak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi juga untuk pasar internasioanl. Karena itu diperlukan sarana transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari pedalaman ke kota-kota pelabuhan, waktu itu jalan Raya Pos (groopte postweg Anyer naar Panarukan) dirasa sudah tidak memadai lagi sehingga muncul gagasan untuk membangun jalan kereta api.

Pembagungan jalan kereta api pertama di Pula Jawa , adalah jalur Semarang-Vorstelanden, yaitu daerah Kerajaan Yogyakarta dan Surakarta yang ketika itu merupakan daerah pertanian paling produktif tapi juga sulit dijangkau. Setelah jalur antara Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor), tempat kedudukan Pemerintah Belanda dan daerah penghasil teh dan kopi.

Kedua jalur ini dibangun oleh sebuah perusahaan swata, yaitu Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan kemudian berkembang dengan pembangunan jalur-jalur lain yang diserahkan kepada perusahaan kereta api Semarang-Joena Stroomtraam Maatschappij(SJS) pada tahun 1881, diikuti jalur trem (JSM) Java Spoorweg Maatschappij di Tegal pada tahun 1885 yang kemudian dibeli oleh (SCS) Semarang Cheribon Stroomtrammaatschappij pada tahun 1887.

Salah satu perusahaan kereta api yang lain lagi adalah Oost-Java Stroomtram Maatschappij tahun 1889 yang membangun jalur Surabaya sampai Wonokromo. Setelah diadakan berbagai persiapan termasuk bentuk konsesi yang akan diberikan, maka pada hari jumat, 7 juni 1864, di desa kemijen kota semarang diselenggarakan upacara sebagai tanda dimulainya pekerjaan pemasangan jalan rel.

Puncak upacara ditandai dengan pencangkulan tanah pertama yang dilakukan oleh Mr. J.A.J. Baron Sloet van de Beele. Setelah melalui berbagai kesulitan dalam pembangunan jalan rel ini, pada 10 Agustus 1867 jalan kereta api pertama di Indoensia bisa diresmikan yaitu dari Semarang ke Tangoeng (Tanggung, Kabupaten Grbogan) sejauh 25 kilometer. Pada tahun 1893 dibangun jalur Yogya – Brosot, disusul jalur Yogya – Ambarawa lewat Magelang dan Secang.

Terakhir dibangun Gundih – Surabaya sepanjang 245 kilometer. Banyak spot-spot cantik bisa diambil untuk dijadikan kenang -kenangan. Lokomotip Nomor cc 5029 Lokomotip Nomor c 5417 Lokomotip Nomor c 1603 Mesin pencetak karcis KA Admuson. Kereta Api Edmonson adalah bukti pembayaran perjalanan kereta api, yang digunakan sejak tahun 1840 setelah penemunya Thomas Edmonson memperkenalkan tiket tersebut.

Thomas Edmonson adalah ahli pembuat lemari yang menjadi kepala stasiun di New Castle dan Carlile di perusahaan kereta api Manchester dan Leeds di Inggris. Di Indonesia mesin cetak tiket digunakan pada era Hindia Belanda oleh NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij) pada tahun 1867 untuk mencetak tiket lintas Semarang –Solo – Yogyakarta, tahun 1873 di lintas Batavia – Buitenzorg dan pada tahun 1873 juga digunakan oleh SS (Staatsspoorweggen) untuk lintas Surabaya – Pasuruan.

Setelah Kereta Api diambil alih oleh Negara di Tahun 1945, mesin cetak tiket Edmonson tetap digunakan hingga saat PT Kereta Api Indonesia memberhentikan pencetakan tiket Edmonson pada bulan oktober 2009.

Genta PJL atau Genta Petugas Jaga Lintas merupakan alat bantu komunikasi yang mengirimkan berita terkait perjalanan Kereta Api.

Lonceng digunakan untuk memberitahu PJL agar waspada karena ada kereta api yang akan lewat. Bentuk genta PJL berupa tabung besar dengan caping diatasnya dan di samping kanan kirinya terdapat palu untuk memukul besi sehingga terjadi bunyi bel. di dalam genta PJL ada bandul pemberat fungsinya ketika aliran yang diberikan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) / Pengawas Peron /PAP secara otomatis akan menggerakkan bandul ke bawah dan menarik bel sehingga berbunyi.

Genta PJL ini berasal dari Semarang. 





Topi PPKA.



Topi PPKA, koleksi ini bersejarah, karena merupakan peninggalan dari petugas PPKA yang pernah bertugas di stasiun Ambarawa 1931, ketika masih jaman NIS.

Topi ini mempunyai dimensi panjang 4 cm, lebar 18 cmdan tinggi 8,5 cm. Walau sudah dijadikan mesum, stasiun kereta api Ambarawa tidak sepenuhnya berhenti beroperasi, namun hanya melayani pariwisata dengan rute terbatas. Para pengunjung dapat menikmati perjalanan wisata dengan menaiki Kereta Api Wisata relasi Ambarawa-Tuntang (pp) dengan lokomotif penarik jenis lokomotif uap maupun kereta diesel vintage.

Selain itu terdapat rute kereta Api Wisata Ambarawa-Jambu-Bedono (pp) yang menggunakan lokomotif uap bergigi yang melewati rel bergerigi. Rel bergerigi tersebut satu-satunya yang masih aktif di Indonesia. Ambarawa-Tuntang Lokomotif Diesel Vintage (pp) 1 orang Dewasa/Anak diatas 3 tahun @ Rp. 50.000 Lokomotif Diesel Vintage + 3 Kereta Kayu Sabtu 3 kali perjalanan (pukul 11.00, 12.00 dan 14.00) Minggu 4 kali perjalanan (pukul 10.00, 12.00, 13.00 dan 14.00). 

Dengan demikian jika berencana mengunjungi museum kereta api Ambarawa dan mengenang masa lalu dengan menaiki kereta api kuno, maka sesuaikan jadwal wisata Anda dengan jadwal operasi kereta wisata tesebut. Pada hari kerja, Senin sampai dengan Jumat, kereta wisata hanya melayani rombongan dan dengan system sewa.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Wisata Sejarah Kunjungi Museum Kereta Api Ambarawa."

Post a Comment